Loading...
Home » » Ketika Sawang Bukan Lagi Daerah Hitam

Ketika Sawang Bukan Lagi Daerah Hitam

Written By Unknown on Kamis, 15 Desember 2016 | 11.21

Menyebutkan nama Sawang, orang pesisir barat selatan di Aceh langsung menoleh ke Kabupaten Aceh Selatan. Karena di sana, nama itu disandangkan pada nama sebuah kecamatan. Sementara di pantai utara timur, orang akan berfikir pertama, nama itu sebuah kecamatan di pedalaman Kabupaten Aceh Utara atau sekitar 30 kilometer tenggara Kota Lhokseumawe.

Namun di luar dua kecamatan itu, hasil penelusuran ke berbagai sumber, ada empat gampong (desa) di Aceh bernama Sawang. Di antaranya terletak di Kecamatan Samudera, Aceh Utara, di Kecamatan Setia, Kabupaten Aceh Barat Daya, di Kecamatan Setia Bakti, Kabupaten Aceh Jaya, dan terakhir dengan kata depan Rimba terletak di Kecamatan Tenggulun, Kabupaten Aceh Tamiang.

Terlepas dari kesamaan beberapa nama itu, Kecamatan Sawang, Aceh Utara merupakan sebuah daerah kerap menjadi buah bibir, baik positif maupun negatif. Negatifnya, seperti basis ladang ganja di Aceh Utara yang tak pernah habisnya, kemudaian ladang galian C dan pembalakan liar. Tak hanya itu, ketika darurat militer, kecamatam ini dicap oleh aparat keamanan sebagai ‘negara’.

Faktanya, di mana warga di sana ketika turun (pergi) ke pusat keramaian di lintas jalan nasional, persisnya di perbatasan Kecamatan Muara Batu (Krueng Mane), sering dimintai ‘paspor’ layaknya warga negara asing. Pasalnya, dengan penggunungan terbentang luas, Sawang empuk dijadikan markas GAM kala itu. Maka Sawang ditingkatkan statusnya saat itu menjadi ‘daerah hitam’ dan dipimpin oleh camat militer.

Sementara positifnya, sudah barang tentu daerah subur ini dikenal sebagai sentra durian super lezat sekabupaten. Karena kelezatan dan kemegahan itu, kini dibangun sebuah tugu segi empat dengan puncak buah durian berwarna hijau kekuningan, persisnya di alun-alun ibu kota kecamatan.

Selain itu, Sawang juga dikenal penghasil pinang sampai saat ini. Sungguh bermegah-megahnya masyarakat di sana pada tahun 1998 saat krisis moneter. Harga pinang tiba-tiba meroket, per kilogram pernah mencapai Rp30 ribu. Bandingkan harga premium masih Rp1.200 kala itu.

Di samping komoditi pertanian, terdapat satu anugerah tanpa disangka. Sawang memiliki panorama alam nan indah yang dilingkari sungai dengan batu-batu besar, air jernih dan sejuk dari aliran pegunungan Gunong Geureudong, dataran tinggi Gayo. Maka di sana pernah terdapat tujuan wisata alam, pemandian Krueng Sawang namanya. Kemudian objek wisata primadona ini tertutup sendirinya, seiring puncak konflik sekitar tahun 2000-an.

Sementara kini, konflik tidak ada lagi, infrasruktur jalan lintas kecamatan telah dilebarkan, jembatan bertambah, penduduk semakin banyak, lahan pertanian diperluas seperti transmigrasi lokal, cetak sawah baru, dan dua rumah sekolah tingkat atas telah hadir pasca konflik, yaitu SMA Negeri dan SMK Negeri.

Begitu juga sumber daya manusia kian bertambah, dari data Himpunan Mahasiswa Sawang (Himasa) sampai 2015, terdapat dua ribu lebih mahasiswa yang sedang menyelesaikan studi khusus sarjana di berbagai daerah, termasuk luar daerah.

Kemudian sisi politik, masyarakat Sawang kini memiliki lima anggota dewan. Empat di antaranya duduk di DPRK Aceh Utara, seperti Fauzi alias Cempala dan Mukhtar alias Pawang dari Partai Aceh. Kemudian Tantawi dari Partai Demokrat, dan M. Sani Ishak dari PAN. Sementara Tarmizi alias Panyang duduk di DPR Aceh, melalui kendaraan Partai Aceh.

Jumlah anggota dewan ini, Sawang memecahkan rekor dirinya sendiri. Karena sejarah Sawang mencatat, belum ada dewan sebanyak itu. Sebelumnya hanya dua orang di DRPK Aceh Utara. Sisi lain, camat juga sampai detik ini dijabat oleh putra kelahiran Kecamatan Sawang, Drs Sufyan. Bagi Sufyan, ini merupakan periode kedua di kecamatan tersebut meski tidak berturut-turut.

Menurut data Potensi Desa BPS tahun 2012, Sawang memiliki luas 384,65 kilometer persegi, jumlah penduduk 34.174 yang tersebar di 39 gampong dalam dua kemukiman. Berbatas, sebelah utara dengan Kecamatan Muara Batu dan Kabupaten Bireuen. Sebelah timur berbatas dengan Kecamatan Banda Baro dan Kecamatan Nisam Antara. Sebelah selatan dengan Kecamatan Nisam Antara dan Kabupaten Bener Meriah. Sebelah barat dengan Kabupaten Bireuen.

Nah, dengan kondisi seperti sekarang ini, tidak ada alasan bagi Kecamatan Sawang untuk segera berpacu dalam pembagunan. Terlebih dalam pengentasan kemiskinan. Harapan pembangunan kini, masyarakat bertumpu pada lima wakil rakyat secara khusus dan semua pejabat daerah agar Kecamatan Sawang tidak telat selangkah dibandingkan daerah lain.

Penulis. Mustafa Kamal Utsman (www.goaceh.co)

0 komentar:

Posting Komentar

Facebook  Twitter  Google+ Instagram Linkedin Path Yahoo

GEUCHIK GAMPONG GUNCI


Geuchik Gampong Gunci Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Utara

LIKE US

Popular Posts