LANGSA - Rumah adat Aceh atau Rumoh Aceh yang diperkirakan saat ini berumur lebih kurang 300 tahun yang berasal dari Aceh Timur, kini berdiri megah Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Langsa, Gampong Paya Bujuk Seulemak, Kecamatan Langsa Baro.
Bangunan rumah panggung yang memiliki ukiran seni itu berasal dari Aceh Timur, persisnya di kawasan Gampong Bantayan, Kecamatan Simpang Ulim. Selama itu rumah yang memiliki nilai seni tinggi dan sejarah Aceh dimasa lalu tersebut, hanya dinilai sebagai bangunan tua biasa oleh masyarakat biasa.
Bahkan, pada tahun 2000-an lalu, rumah yang merupakan peninggalan ulama besar Aceh ditahun 1781 itu nyaris dijual keluar negeri dan akan dibeli oleh salah seorang tokoh sejarawan asing melalui warga lokal.
Namun hal itu tidak sempat terjadi, sebab salah seorang pecinta sejara Aceh asal gampong setempat, Tgk. Nur Iman (31) menyelamatkan rumah tersebut dengan membelinya pada tahun 2009.
Kepada GoAceh, Minggu (18/12/2016), menjelaskan, sekitar 7 tahun dalam penguasaannya, dirinya merawat dan memanfaatkan rumah adat Aceh yang berumur lebih kurang 300 tahun tersebut sebagai museum mini di kawasan Simpang Ulim. Bahkan, barang-barang yang dipamerkan dalam rumah tersebut, juga barang-barang asli peninggalan sejarah Aceh yang memiliki nilai seni dan sejarah Aceh.
“Saat, saat saya membeli rumah ini, warga sempat mencibir dengan mengatakan saya aneh kok membeli rumah tua yang terbuat dari kayu itu dengan harga yang sangat mahal. Namun saya tidak perduli, karena tujuan saya membeli rumah ini bukan untuk ditempati, tapi untuk menyelamatkan peninggalan sejarah Aceh yang asli agar tidak hilang dari Aceh,” sebut Tgk. Nur Iman.
Ia menjelaskan, rumah adat Aceh asli berumur 300 tahun yang kini berada di taman hutan Ruang Terbuka Hijau Kota Langsa , merupakan rumah adat Aceh tertua di Aceh Timur.
Ia menceritakan, keberadaan rumah tersebut di Gampong Bantayan, Kecamatan Simpang Ulim, Aceh Timur dimulai pada tahun 1781 oleh ayahanda dari Tgk. Nyak Yusuf yang merupakan salah seorang ulama Aceh dimasa itu.
Pascameninggalnya ayahanda Tgk. Nyak Yusuf, rumah yang dipenuhi ukiran itu seni akhirnya diwariskan kepada Tgk. Nyak Yusuf sebagai tempat tinggal. Memasuki tahun 1900-an, Tgk. Nyak Yusuf akhirnya menjual rumah tersebut kepada Tgk. Sufi yang merupakan salah seorang ulama besar Simpang Ulim pada masa itu.
“Selama dalam penguasaan Tgk. Sufi, rumah ini dimanfaatkan sebagai tempat pengajian Alquran dan kitab-kitab bagi masyarakat, dan sepeninggalan Tgk. Sufi ini, rumah adat Aceh ini terus berpindah tangan (diwariskan-red) kepada anaknya Umi Mardiah, selanjutnya kepada adiknya Tgk. Wahid dan kepada anaknya Kak Nong dan seterusnya,” tambah Tgk. Nur Iman lagi.
Kini, rumah Aceh nan megah itu sudah dihibahkan kepada Pemko Langsa oleh Tgk. Nur Iman dan telah berdiri tegak di kawasan taman hutan RTH Kota Langsa sebagai salah satu objek wisata sejarah bagi masyarakat pengunjung kawasan taman RTH Langsa.
Lanjutnya, sebagai upaya pemugaran dan perbaikan terhadap beberapa bagian rumah yang sudah rusak dan lapuk akibat usia ratusan tahun itu. Pemerintah Kota Langsa kini sedang melakukan perbaikan dan perawatan rumah tersebut, agar kembali kokoh berdiri seperti ratusan tahun silam.
"Pada akhir tahun 2015, saya sengaja menghibahkan rumah bersejarah ini kepada Pemko Langsa agar mendapatkan perawatan, perbaikan dan pemugaran. Apalagi Pemko Langsa memiliki sarana taman hutan RTH yang sangat cocok untuk penempatan rumah adat Aceh tertua di Aceh Timur ini sebagai salah satu icon sejarah Aceh,” demikian ungkap Tgk. Nur Iman.
Meskipun masih dalam tahapan perbaikan dan perawatan, rumah adat Aceh yang berumur ratusan tahun itu dapat dilihat secara bebas oleh masyarakat yang mengunjungi RTH Langsa. (https://www.goaceh.co)
Bangunan rumah panggung yang memiliki ukiran seni itu berasal dari Aceh Timur, persisnya di kawasan Gampong Bantayan, Kecamatan Simpang Ulim. Selama itu rumah yang memiliki nilai seni tinggi dan sejarah Aceh dimasa lalu tersebut, hanya dinilai sebagai bangunan tua biasa oleh masyarakat biasa.
Bahkan, pada tahun 2000-an lalu, rumah yang merupakan peninggalan ulama besar Aceh ditahun 1781 itu nyaris dijual keluar negeri dan akan dibeli oleh salah seorang tokoh sejarawan asing melalui warga lokal.
Namun hal itu tidak sempat terjadi, sebab salah seorang pecinta sejara Aceh asal gampong setempat, Tgk. Nur Iman (31) menyelamatkan rumah tersebut dengan membelinya pada tahun 2009.
Kepada GoAceh, Minggu (18/12/2016), menjelaskan, sekitar 7 tahun dalam penguasaannya, dirinya merawat dan memanfaatkan rumah adat Aceh yang berumur lebih kurang 300 tahun tersebut sebagai museum mini di kawasan Simpang Ulim. Bahkan, barang-barang yang dipamerkan dalam rumah tersebut, juga barang-barang asli peninggalan sejarah Aceh yang memiliki nilai seni dan sejarah Aceh.
“Saat, saat saya membeli rumah ini, warga sempat mencibir dengan mengatakan saya aneh kok membeli rumah tua yang terbuat dari kayu itu dengan harga yang sangat mahal. Namun saya tidak perduli, karena tujuan saya membeli rumah ini bukan untuk ditempati, tapi untuk menyelamatkan peninggalan sejarah Aceh yang asli agar tidak hilang dari Aceh,” sebut Tgk. Nur Iman.
Ia menjelaskan, rumah adat Aceh asli berumur 300 tahun yang kini berada di taman hutan Ruang Terbuka Hijau Kota Langsa , merupakan rumah adat Aceh tertua di Aceh Timur.
Ia menceritakan, keberadaan rumah tersebut di Gampong Bantayan, Kecamatan Simpang Ulim, Aceh Timur dimulai pada tahun 1781 oleh ayahanda dari Tgk. Nyak Yusuf yang merupakan salah seorang ulama Aceh dimasa itu.
Pascameninggalnya ayahanda Tgk. Nyak Yusuf, rumah yang dipenuhi ukiran itu seni akhirnya diwariskan kepada Tgk. Nyak Yusuf sebagai tempat tinggal. Memasuki tahun 1900-an, Tgk. Nyak Yusuf akhirnya menjual rumah tersebut kepada Tgk. Sufi yang merupakan salah seorang ulama besar Simpang Ulim pada masa itu.
“Selama dalam penguasaan Tgk. Sufi, rumah ini dimanfaatkan sebagai tempat pengajian Alquran dan kitab-kitab bagi masyarakat, dan sepeninggalan Tgk. Sufi ini, rumah adat Aceh ini terus berpindah tangan (diwariskan-red) kepada anaknya Umi Mardiah, selanjutnya kepada adiknya Tgk. Wahid dan kepada anaknya Kak Nong dan seterusnya,” tambah Tgk. Nur Iman lagi.
Kini, rumah Aceh nan megah itu sudah dihibahkan kepada Pemko Langsa oleh Tgk. Nur Iman dan telah berdiri tegak di kawasan taman hutan RTH Kota Langsa sebagai salah satu objek wisata sejarah bagi masyarakat pengunjung kawasan taman RTH Langsa.
Lanjutnya, sebagai upaya pemugaran dan perbaikan terhadap beberapa bagian rumah yang sudah rusak dan lapuk akibat usia ratusan tahun itu. Pemerintah Kota Langsa kini sedang melakukan perbaikan dan perawatan rumah tersebut, agar kembali kokoh berdiri seperti ratusan tahun silam.
"Pada akhir tahun 2015, saya sengaja menghibahkan rumah bersejarah ini kepada Pemko Langsa agar mendapatkan perawatan, perbaikan dan pemugaran. Apalagi Pemko Langsa memiliki sarana taman hutan RTH yang sangat cocok untuk penempatan rumah adat Aceh tertua di Aceh Timur ini sebagai salah satu icon sejarah Aceh,” demikian ungkap Tgk. Nur Iman.
Meskipun masih dalam tahapan perbaikan dan perawatan, rumah adat Aceh yang berumur ratusan tahun itu dapat dilihat secara bebas oleh masyarakat yang mengunjungi RTH Langsa. (https://www.goaceh.co)
Rumah
Adat Aceh Berumur Ratusan Tahun? Datang ke RTH Langsa - See more at:
https://www.goaceh.co/berita/baca/2016/12/18/mau-lihat-rumah-adat-aceh-berumur-ratusan-tahun-datang-ke-rth-langsa#sthash.tNnoEcL1.dpuf
0 komentar:
Posting Komentar